Ragam Profesi Kuliner Indonesia: Dari Koki yang Tidak Ingin Dipanggil Koki Hingga Jurnalis Kuliner

Dunia kuliner Indonesia tidak hanya terkenal dengan citarasanya yang beragam, namun berhasil juga menelurkan juru masak dan pengamat kuliner yang handal. Bahan mentah tentu tidak akan menjadi masakan yang lezat tanpa tangan handal para koki. Citarasa masakan yang lezat juga tidak akan diketahui banyak orang tanpa adanya peran pengamat kuliner. Yuk kenali lebih dalam mengenai profesi mereka, mulai dari juru masak hingga jurnalis kuliner!

Rahung Nasution
Mungkin belum banyak yang mengenal dirinya. Lelaki nyentrik kelahiran Pematangsiantar ini merupakan sosok yang berpengaruh di dunia kuliner masa kini. Memutuskan untuk keluar rumah di usia 14 tahun, Rahung memiliki mimpi untuk mengembara. Menjadi traveller bahasa kerennya. Di perjalanannya menjadi pengembara, dirinya jatuh cinta pada dunia kuliner. Di salah satu video yang diunggah sebuah online platform, Rahung mengatakan bahwa cara paling demokratis untuk mengerti negeri ini adalah melalui makanan. Kalau tidak bisa menerima rasa suku sebelah, bagaimana bisa mengatakan bahwa diri sendiri berjiwa demokratis? Akrab dengan dapur, dirinya menolak untuk diberi sebutan koki. Rahung lebih menyukai panggilan koki gadungan. “Seorang koki seharusnya memiliki keahlian dan sekolah khusus tentang makanan, sedangkan saya tidak”, begitu ungkapnya.

Sisca Soewitomo
Akrab dengan paras Sisca Soewitomo? Beliau merupakan sosok legendaris di dunia kuliner Indonesia. Bagaimana tidak? Semua acara bertemakan kuliner di era 1990-2000an rasanya dipelopori oleh Sisca Soewitomo. Meski demikian, Sisca juga enggan dipanggil sebagai chef. Dirinya memiliki mimpi untuk menduniakan masakan Indonesia. Seorang chef bagi Sisca adalah orang yang berada di bagian produksi, sedangkan dirinya tidak. Sisca lebih senang dipanggil sebagai pesohor boga dan mengikuti panggilan utamanya yaitu memperkenalkan makanan Indonesia ke mancanegara.

Juna Rorimpandey
Berada di titik terendah dalam hidupnya membawa Juna ke bidang yang dicintainya. Awalnya Juna tidak memiliki  ketertarikan dalam bidang kuliner. Dirinya bekerja sebagai pelayan di Restoran Jepang Amerika karena keterpurukan ekonomi. Suatu hari, sang chef memberikan tantangan kepada Juna untuk mengupas kulit kentang sebanyak 25 kilogram dalam waktu 15 menit. Jika Juna bisa mengerjakannya, chef tersebut berjanji untuk mengajari Juna tentang dunia kuliner. Tantangan tersebut berhasil diselesaikan. 25 kilogram kentang dikupas dalam waktu 12 menit, 3 menit lebih cepat dari target. Dari sana, Juna mengenyam pendidikan “non-formal” dari sang chef mengenai dapur dan isinya. Kini, Juna Rorimpandey membuka sendiri usaha kulinernya di daerah Jakarta Selatan.

Bondan Winarno
Siapa yang tidak kenal kata ‘maknyus’? Istilah untuk menyebutkan kelezatan yang ada pada citarasa sebuah makanan ini dipopulerkan oleh Bondan Winarno, seorang jurnalis kuliner. Mengawali karier usia 20-an nya di dunia perbankan, Bondan Winarno tidak bisa membohongi diri sendiri bahwa panggilan jiwanya terletak pada dunia jurnalistik. Setelah membulatkan tekad untuk keluar dari perusahaan lamanya, Bondan Winarno mulai bekerja sebagai penulis lepasan. Dari sana, kariernya merangkak naik hingga menjadi pimpinan redaksi salah satu surat kabar terbesar di Indonesia. Di sisi lain, Bondan Winarno memiliki kecintaan terhadap dunia kuliner. Hal ini membawanya ke bidang yang lebih spesifik : jurnalis kuliner. Sosoknya memang sudah tiada, namun jejak Bondan Winarno dalam dunia kuliner terasa nyata dan akan selalu ada.

Comments

Popular posts from this blog

Mengenal Design Thinking di Kehidupan Sehari-hari

Cerita Tentang Ibu Dapur