Hari HIV Sedunia: Benar Peduli Atau Seremonial Belaka?

Perawakannya kecil dengan kulit sawo matang. Di tengah lapang hijau dirinya berlari kesana-kemari. Oh, bermain sepak bola rupanya. Melalui hobinya tersebut, pria kelahiran Bandung ini sudah melanglang buana hingga ke benua Eropa sana. Tapi, siapa sangka, dibalik sosoknya yang penuh semangat itu, dirinya merupakan penyintas HIV.
Namanya Deradjat Ginandjar Koesmayadi atau akrab dipanggil Ginan. Sudah 14 tahun belakangan, Ginan hidup dengan virus HIV. Ginan pertama kali divonis mengidap HIV di tahun 2003 bersama ketiga orang temannya. Perkenalannya dengan napza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif) dan aktif menggunakan jarum suntik secara bersamaan lah yang menjadi alasannya. Berkenalan dengan jarum suntik sekitar 1997, pada masa itu Ginan sudah masuk tahap kecanduan. Menjual barang dan mencuri dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya. Ericka Alston seorang mantan pecandu narkoba di USA sana mengatakan dalam suatu sesi TED bahwa para pecandu bangun tidur dan mencari uang hanya untuk “got one more”. Ginan sempat mengalami masa terendah dalam hidupnya. Diusir dari rumah, kuliahnya berantakan dan hidup dijalan hanya untuk memuja Tuhannya, narkoba.
Dirinya sempat berniat masuk rehabilitasi di Malaysia atas usul seorang konselor. Syarat untuk masuk rehabilitasi tersebut adalah menyerahkan hasil tes HIV. Ketika hasil tes HIV Ginan dinyatakan positif, disitu dirinya merasa menghadapi kematian. Ketika pulang dari rehab di Malaysia, Ginan masih juga mengalami penolakan. Keluarganya memisahkan gelas, priing dan sendok untuk dirinya. Sungguh sangat disayangkan bahwasanya masih banyak yang belum tahu kalau HIV/AIDS tidak bisa menular lewat kontak sosial. HIV/AIDS menular hanya menular melalui hubungan seksual atau mengunakan jarum suntik bersamaan.
Empat tahun setelah divonis HIV, Ginan dan teman-temannya mencoba bangkit dan mendirikan Rumah Cemara di kawasan Geger Kalong, kota Bandung. Tidak ada tempat aman dan nyaman bagi pengidap HIV/AIDS atau pecandu napza untuk berbagi harapan dan motivasi menjadi alasan Ginan tergerak mendirikan Rumah Cemara. Organisasi ini rutin berkegiatan ke sekolah maupun masyarakat. Mereka hanya ingin berbagi cerita dan pengalaman agar orang lain tidak terjerumus kedalam narkoba dan terhindar dari HIV/AIDS.
Melalui organisasi Rumah Cemara, Ginan dan kawan-kawan membuktikan bahwa para penyintas HIV/AIDS bukanlah orang yang harus dijauhi. Mereka sama seperti kita, hanya saja dengan kondisi kesehatan yang berbeda dan tidak dialami setiap orang. Teman-teman Rumah Cemara juga membuktikan bahwa para penyintas HIV/AIDS masih bisa hidup sehat. Salah satunya melalui pencapain mereka di ajang Homeless World Cup 2011 yang diadakan di Perancis. Disana, Ginan mendapatkan predikat sebagai pemain terbaik.


Setiap tahun, tanggal 1 Desember diperingati sebagai Hari HIV sedunia. Sampai kapan perihal kepedulian terhadap HIV ini hanya dirayakan sebatas upacara belaka? Kenali, cegah dan peduli terhadap mereka yang hidup dengan HIV/AIDS mulai dari diri sendiri. Ketahui juga, bahwa dengan kontak sosial seperti makan bersama tidak akan menularkan virus HIV/AIDS. Jadi, sudah siap memerangi stigma HIV/AIDS bersama?

Comments

Popular posts from this blog

Mengenal Design Thinking di Kehidupan Sehari-hari

Cerita Tentang Ibu Dapur

Ragam Profesi Kuliner Indonesia: Dari Koki yang Tidak Ingin Dipanggil Koki Hingga Jurnalis Kuliner